MAJALAH.NET – Piala Dunia 2022 digelar di Qatar. Saat ini seluruh mata di dunia tertuju pada satu negara di Teluk.
Qatar dikenal sebagai negara Timur Tengah yang kaya raya berkat minyak yang melimpah. Pendapatan per kapita negara itu mencapai 61.276 dollar AS atau setara Rp960,04 juta pada tahun 2021.
Nilai ini jika dibandingkan dengan Indonesia 14 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, yang pendapatannya hanya 4.291 dollar AS. Nilai pendapatan per kapita Qatar juga disebut lebih tinggi dibandingkan Jepang.
Salah satu lumbung uang Qatar, adalah cadangan gas alam cair, terbesar di dunia nomor tiga setelah Rusia dan Iran. Cadangannya mencapai 900 triliun kaki per kubik.
Sementara itu, jumlah penduduknya yang sedikit namun kaya migas membuatnya menjadi negara yang sangat kaya.
Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah negara anggota OPEC paling kecil dari sisi luas wilayah dan jumlah penduduk.
Di mana 55 persen PDB negara ini bergantung pada minyak. Sementara jumlah penduduk Qatar hanya 2,9 juta.
Penduduk yang sedikit memudahkan distribusi dollar yang begitu besar dari penjualan minyak secara merata.
Memastikan penduduknya mendapatkan sejumlah besar infrastruktur dan pelayanan publik secara gratis.
Meski menduland cuan dari minyak, negara dengan sumber daya alam melimpah seperti Venezuela justru bernasib sebaliknya.
Venezuela juga merupakan negara yang kaya akan minyak bumi, namun kini mengalami inflasi parah hingga membuat rakyatnya hidup menderita.
Negara itu juga termasuk pemilik cadangan minyak terbesar di dunia.
Awalnya 95 persen pemasukan Venezuela berasal dari ekspor minyak bumi.
Saat minyak sedang naik, pemasukan Venezuela sangat tinggi, namun sebaliknya ketika harga minyak turun pendapatannya akan turun.
Venezuela juga mengalami kesenjangan sosial yang sangat besar dengan semua orang kaya sebagai pemilik bisnis di negara itu. Mengakibatkan warga miskin makin miskin.
Sejak Hugo Chavez berkuasa di tahun 1999, Chavez langsung menerapkan kebijakan untuk menyetarakan ekonomi rakyat.
Sebagian besar keuntungan negara dari penjualan minyak dialokasikan untuk program sosial gratis bagi rakyat, termasuk subsidi dan usaha-usaha mengentaskan kemiskinan.
Chavez juga berani memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dan bergabung dengan China dan Rusia.
Chavez juga mendeklarasikan lahan pertanian sebagai milik negara tapi malah mengabaikannya karena merasa kondisi ekonomi Venezuela yang baik-baik saja. Akibatnya, Venezuela murni hanya bergantung pada penjualan minyak ke luar negeri.
Dana terus dikucurkan untuk rakyat tanpa disadari Chavez bahwa ini adalah bunuh diri perlahan. Hingga kematiannya pada 2013, Chavez dijuluki sebagai pahlawan bagi orang miskin Venezuela. Selepas Chavez mengkat, Maduro menggantikannya dan meneruskan program subsidi ala Chavez.
Tahun 2016, harga minyak dunia turun drastis dan penghasilan Venezuela terpangkas habis. Kas pemerintah kosong bahkan defisit karena program untuk rakyat tetap dijalankan.
Hal itu membawa Venezuela berada di ambang kekacauan, dengan inflasi tak terkendali akibat nilai mata uangnya Bolivar melorot tajam dan tingkat harga barang naik hingga 1000 % .
Kondisi ini menjadi awal kehancuran Venezuela dengan orang kaya meninggalkan negara itu, bahkan pemerintah tak sanggup lagi menyokong kehidupan orang miskin di negara itu.
Akibatnya, kemiskinan di mana-mana dengan harga barang melonjak drastis dan ekonomi yang hancur total.
Piala Dunia 2022 digelar di Qatar – MAJALAH.NET ( Sumber : Intisari-online.com )