MAJALAH.NET – Kegigihan Oleh Ikhwan Wahyudi, Sebagian kita agaknya pernah menjumpai orang jualan makanan tapi rasanya tidak enak.
Yang jadi tanda tanya kok bisa ya penjualnya percaya diri amat jualan makanan, sementara modal utama makanan adalah rasa harus di atas rata-rata yang dibuat orang kebanyakan.
Kemungkinannnya ada dua, pertama standar enak pembeli ketinggian, kedua memang si penjual bukan untuk mencari untung melainkan sedang menjalankan misi khusus.
Agaknya ia dulu pernah ikut kompetisi memasak dan masakannya dilepeh juri, tak terima lalu menyiapkan pembalasan yang manis agar orang-orang mencicipi makanan yang tidak enak.
Walaupun rasa makanan tidak enak dan orang hanya beli satu kali ia puas, tapi anehnya penjual tersebut tetap eksis dan gigih berjualan.
Di dunia politik kita juga kerap menemukan para caleg yang setiap pemilu ikut kompetisi. Walaupun selalu dapat juara 2,3 dan 4 atau kemenangan tertunda, namun tak pernah surut langkah untuk ikut lagi pada pemilu berikutnya.
Tidak hanya di pemilu, pada perhelatan pilkada dan pilpres pun ada yang demikian. Sebutlah Prabowo Subianto yang sudah empat kali ikut kontestasi politik.
Pertama saat ikut mencalonkan diri dalam konvensi calon presiden dari Partai Golkar pada 2003 yang akhirnya dimenangkan oleh Wiranto ketika itu.
Kedua, Prabowo menemukan jalan saat mendampingi Megawati sebagai cawapres pada Pilpres 2009 dan mendapat juara 2. Tidak patah arang Prabowo kembali bertarung di Pilpres 2014 bersama Hatta Rajasa dan kembali istiqomah dapat juara 2.
Lima tahun kemudian pada pilpres 2019 Prabowo berpasangan dengan Sandi dan lagi-lagi berhasil mempertahankan gelar juara 2.
Jika pada 2024 Prabowo kembali maju maka ia layak mendapatkan rekor MURI atas kegigihannya berjuang sebagai capres selama lima kali pilpres berturut-turut.
Pada bidang asmara saya pun menjumpai kawan yang juga amat gigih berjuang mengaet pujaan hatinya. Selama ini kisah asmaranya selalu bernasib seperti sendal jepit, kalau tidak putus hilang diambil orang.
Penyebabnya satu saja beda keyakinan, ia yakin bahagia, calon pasangannya yakin menderita. Namun ia tak patah arang.
Kita selalu senang menyaksikan perjuangan dan kegigihan. Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang amat gigih menyampaikan ajaran menyeru umat kepada kebaikan kendati beratnya perjuangan dan perlawanan yang dihadapi. Tidak ada kata menyerah dan putus asa dalam kamus hidup mereka.
Untuk mememenangkan kehidupan kegigihan adalah salah satu kunci selain terlahir dari keluarga konglomerat atau penguasa. Untuk bisa melakukan migrasi kelas kegigihan juga jalannya.
Kita bisa jumpai kisah-kisah orang yang mencapai puncak keberhasilannya selalu jatuh berkali-kali sebelum sukses, namun kegigihan yang membawa jalan ninja mereka.
David mc Clelland seorang ahli psikologi sosial dari Amerika Serikat mengemukakan konsep need for achievement atau keinginan untuk berprestasi.
Berdasarkan temuannya anak-anak yang dibacakan dongeng super hero dengan yang tidak, semangat untuk berprestasi jauh lebih tinggi, ini terbukti di negara-negara maju semangat berprestasi amat tinggi.
Ini juga terkonfirmasi dengan lahirnya karya-karya fiksi seperti Harry Potter yang terjual 450 juta kopi. Lalu muncul pertanyaan itu kan fiksi.
Benar, namun dari hal-hal fiksi tersebut akan merangsang otak kita berimajinasi, dari imajinasi lahirlah berbagai temuan-temuan baru.
Kalau Wrigth bersaudara tidak berimajinasi manusia bisa terbang, maka kalau mau naik haji sekarang butuh waktu berbulan-bulan ke Tanah Suci.
Artinya ketika imajinasi seseorang hidup kemudian mencoba menerjemahkan menjadi sesuatu yang lebih konkret maka eureka!, masterpiece.
Penulis : Ikhwan Wahyudi